Sabtu, 28 Mei 2016

Goresan Pena si Buram

Hi Guys... Hari ini aku mau posting salah satu tulisan yang pernah ku buat saat menjadi bagian kepengurusan dari Jurnalistik Hima Kimia saat masih kuliah S1 di Yogyakarta State University.. Kenapa ku posting??? Karena tulisan ini benar-benar yang paling berkesan untukku, dan mungkin karena ini tulisan dari Hima satu-satunya yang masih tersimpan di folderku. Hehehe.. Anyway, ada kisahnya tentunya.. Aku inget banget dulu itu ada event lomba mading (majalah dinding) tingkat fakultas tapi aku lupa tahun berapa (2012 atau 2013 ya?). Nah, kalo gak salah waktu itu dapat tema lomba tentang "daur ulang". Kebetulan dapat peje (penanggung jawab) dibagian cerpen nih akunya. Bingung banget waktu itu haha.. Secara mau nulis cerpen yang kek gimana kalo temanya tentang daur ulang dan harus ku seleseikan dalam waktu semalem? *mikir serius* 
Dan alhasil, ga tau juga dapat ide darimana, jadilah cerpen "Goresan Pena si Buram" ini dalam waktu semalam. Aneh sih, karena aku meng-imajinasi-kan kertas buram sebagai tokoh utama haha lol. The real the power of  kepepet. wkwk... 
Langsung baca aja deh ya, biar tahu ketidakjelasannya dimana hihiihihi... Cekidot! ;)
-
-
-
-
“Goresan Pena si Buram”

            Demi lingkungan dan pengurangan dampak pemanasan global, akhirnya aku pun bisa berada dalam dunia kesibukan manusia. Sungguh suatu kehormatan bagiku saat dinobatkan menjadi salah satu produk hasil pemanfaatan daur ulang limbah kertas. Yah, meski aku tercipta atas dasar pemanfaatan barang bekas, aku tetap bangga menjadi salah satu produk ramah lingkungan hasil karya manusia. Akhirnya aku menjadi sesuatu yang dibutuhkan manusia, menjadi tempat bagi mereka yang menggoreskan keluh kesahnya lewat tulisan. Aku akan ada dalam kebutuhan mereka, saat pikiran mereka buram lalu aku hadir menjadi seutas kertas yang bersahabat.
Mereka memanggilku dengan sebutan “Kertas Buram.” Nama itu sangat sesuai dengan fisikku. Meski aku terlihat usang, namun aku begitu bersahabat dengan kehidupan manusia. Karena memang itulah tujuanku diciptakan. Ditinjau dari segi nilai jual, akulah yang berharga paling ekonomis. Bagi mereka yang melakukan penghematan akulah yang biasanya menjadi pilihan terakhir. Aku diproduksi dalam proses pabrikasi dari beragam kertas-kertas sisa. Aku memang berbeda dari spesies-spesies kertas yang lain. Mungkin jika dihitung, usiaku jauh lebih mapan dari spesies kertas yang lainnya, tapi kenapa justru nilai guna merekalah yang lebih dibutuhkan oleh manusia ketimbang aku ? Begitu sedih aku meratapi hal ini.
    Dan aku teringat kejadian beberapa hari yang lalu, yang menyayatkan hatiku...
  “Kokoh, ada kertas HVS ukuran A4 ? saya mau beli 2 rim..” kata salah seorang konsumen yang mengenakan kemeja kotak-kotak dengan ransel  yang  menempel apik di punggungnya. Terlihat muda, sepertinya ia seorang mahasiswa.
                “Wah, banyak banget mas belinya. Buat skripsi ya ?” celah Koh Acong, pemilik kios fotocopy yang sudah beberapa bulan ini menemani kehampaanku di kios itu.    
    “Iya Koh, buat skripsi..”
                “Oh, ya ya.. tunggu sebentar ya mas.”
                Langkah kaki  Koh Acong terdengar jelas saat ia berjalan kearah tempat kediaman kami para kertas yang  bertahun-tahun telah menjadi bagian dari kios beliau. Dan aku merupakan penghuni terlama diloker yang memiliki 3 tingkatan ini. Bosan memang, namun apa boleh buat karena ini memang resiko yang harus ku terima sebagai sesepuh kertas yang kurang laris..
                “Wah, maaf  mas, ternyata kertas HVS A4 nya kosong.”
                “Waduh, kalau yang ukuran polio ada Koh ??”
                “Ada, tapi tidak cukup satu rim. Hanya sisa 3 lembar. Gimana mas ? atau mau kertas buram saja ?”
                “Kertas buram ?? ah, gak usah Koh. Masa iya skripsiku pake kertas buram..”
    “Yo, bisa-bisa ajakan mas..  Kan yang penting isi skripsinya, bukan kertasnya..”
    “ Enggak ah Koh, dari pada  gak lulus kuliah, mending saya cari di tempat lain saja. Permisi ya Koh..”
                “Oh, ya.. monggo...monggo...” 

Saat ini HVS memang menjadi primadona dalam dunia kertas. Dan aku pun tahu itu. Tampilannya memang lebih menarik dan trendy bahkan ia diciptakan dalam beragam warna (tidak hanya putih). Ukurannya pun bervariasi. Sedangkan aku ? Jujur, terkadang aku pun merasa iri dengan HVS. Iri dengan keelokannya, iri dengan kualitasnya, dan iri dengan posisinya yang begitu dibutuhkan dan diminati manusia. Dan satu hal yang membuatku begitu bersedih setelah aku tahu bahwa ternyata aku pun tercipta dari sisa-sisa HVS yang tidak terpakai lagi.
“Hheeuuhh...”
Andai saja semua manusia menyadari betapa liciknya kaum kertas merusak kehidupan mereka. Kertas bagi generasi manusia adalah sesuatu yang sudah menjadi hal biasa dan sehari-hari sehingga sering kali para manusia memakai kertas tanpa berpikir jauh mengenai konsekuensinya.
 Apalah daya yang dapat kulakukan untuk semua ini. Aku hanya seutas kertas yang berharap banyak dunia ini dapat terselamatkan. Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena semua tergantung kepada manusia. Dan pada kenyataannya dunia ini semakin buruk saja. Sebagian manusia tahu, untuk menghasilkan kertas-kertas semacam HVS mereka harus menebang begitu banyak pohon. Tapi kenapa mereka masih menghamburkannya ? Habislah bumi ini, pohon yang diciptakan sebagai sumber penghijauan justru ditebang semena-mena. Syukur-syukur kalau para manusia melakukan reboisasi, jika illegal ??
Melalui goresan pena ini, aku berharap para manusia merenungkan ini :
·         1 ton kertas = 400 rim = 200.000 lembar
·         Untuk memproduksi 3 lembar kertas dibutuhkan 1 liter air
·         Untuk memproduksi 1 Kilogram kertas dibutuhkan 324 liter air (environment Canada)
·         95% kertas dibuat dari bahan serat kayu
·         Untuk memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan gas karbondioksida (CO2) sebanyak kurang lebih 2,6 ton atau sama dengan emisi gas buang yang dihasilkan oleh mobil selama 6 bulan.
·         Untuk memproduksi 1 ton kertas, dihasilkan kurang lebih 72.200 liter limbah cair dan 1 ton limbah padat
·         Industri kertas adalah pemakai energi bahan bakar ke-3 terbesar di dunia (American Forest and Paper Association)
·         Dulu kertas hanya digunakan untuk menulis, sekarang industri Packaging menggunakan 41% dari seluruh penggunaan kertas




Adakah Engkau Bersamaku Dimasa Tua?


Bertahun-tahun sudah terlampaui
Rentetan kisah hidup manusia
Berlalu begitu cepat meninggalkan sejarah
Lalui bumi klasik nan eksotik..

Lama mengendap menghibur sang pelipur lara
Yang bersedih mengenang kasih cinta dan martabat
Beribu-ribu senyuman terlepas dari relung hati terdalam
Mengibas sang pujangga mengalunkan melodi cinta

Kini esok dan seterusnya,
Kebahagiaan yang kita nantikan akan lekang oleh sang waktu,
Perlahan namun pasti, sang pujangga takkan di sisi
Batin membisik renta, mengeluarkan pesona kusang
Berharap mendapat pelukan dari pujaan,
Namun sia-sia,
Impian terkubur dalam buaian usia..

Sering batin ini bertanya hari ini
Adakah engkau bersamaku dimasa tua?
Hapuskan sedih, usap air mata, saling bersama
Kita bahagia abadi dengan sederhana
Akankah kau hadir kembali melengkapi masa akhir bahagiaku?

Mungkin ketika jasad saling jauh, hati tak mungkin mengingkari
Ada rindu hadir diantara yang ada dan yang tiada
Wahai pujaan hati, semoga doa ini menghangatkan tubuhmu disana
Dan hiasan wajahmu yang terpajang ini menjadi satu-satunya penghangat hati..







Alangkah indahnya ketika waktu tidak menghalangi siapapun untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang....

Yogyakarta, 28 Mei 2016
2:16 AM


~Langit Nanira